Postingan

Biarlah

Biarlah rindu terkadang mengetuk hati yang kering Hati kering yang terlalu angkuh Hati kering yang terkadang tak meminta basah kembali Biarlah cinta yang mendekapnya kembali Mendekapnya dalam rindu dalam tetes air mata dalam pelukan bumi kepada kening yang tertunduk dalam untaian kata yang penuh pinta

Di Mana?

di mana aku? tanyakan saja pada bunga yang masih kuat tegak berdiri di tengah kebun sana mungkin ia pernah tahu tentang bunga yang pernah kokoh dan mekar di sebelahnya dulu kala di mana semerbakku? tanyakan saja pada bunga yang masih kuat tegak berdiri di tengah kebun sana mungkin ia pernah tahu tentang bunga yang dulu akarnya kuat mendekap humus dan mahkotanya selalu terbuka merindu surya di mana warnaku? tanyakan saja pada bunga yang masih kuat tegak berdiri di tengah kebun sana mungkin ia pernah tahu tentang bunga yang dulu melambai mesra kepada kupu-kupu yang kini lambaiannya telah melayu

Rindu

sudah lewat empat puluh lima menit biarlah penat melayang pergi dan rindu akan bersihnya kalbu selalu mengusap debu yang setiap hari berjatuhan menutupinya yang mengeruhkan rintik-rintik air yang bahkan belum menyentuh bumi hujan, datanglah hempaskan debu jalan dan biarkan kuhirup bau rerumputan yang tersenyum aku haus rintik-rintikmu biarkan aku kuyup, biar tak mati

Senja dalam Benak

Tak terasa sembunyi dan munculnya surya telah banyak Namun rasa di hati masih kemarin Menarik ulur imaji yang melayang-layang di sekitar peraduan kala malam Kala benak terlalu gaduh degup hati tak beda dengan genderang perang dan pundak tak lagi tegak surya kala senja selalu mengusap peluh dahi dan mengukir lesung pipi Mungkin hati hanya rindu senja kala itu Namun, rindu apa bila siluetnya selalu hadir kala surya telah terbenam? Mungkin hati hanya rindu lembayungnya Namun, lembayung apa yang menari-nari kala gelap telah menghampiri? Mungkin rindu terlalu rindu akannya dan hati masih terlelap dalam buaian senja Entah hingga kapan sang surya tetap bersanding senja

Burung Itu Dinosaurus?

Gambar
Disclaimer Tulisan ditujukan sebagai tugas mata kuliah Ornitologi Departemen Biologi FMIPA UI Burung. Yap, kelompok hewan yang satu ini memang menarik untuk dibahas. Beberapa hal yang menjadikan burung populer untuk dibicarakan yakni kemampuannya untuk terbang, suara dari kelompok burung tertentu yang khas, dan warna jenis burung tertentu yang indah. Tetapi kali ini kita tidak akan membahas hal-hal trivial tentang burung. Melainkan tentang topik yang bisa jadi belum kamu tahu. Yap. Bahasan kita kali ini tepat seperti judul. Mungkin kamu agak bingung ketika membaca judul artikel ini. Burung kok dinosaurus? Bagaimana bisa? Bukannya dinosaurus sudah punah? Terus, burung yang kita pelihara di rumah itu dinosaurus dong?! Kita memelihara dinosaurus?! BURUNG MERUPAKAN ANGGOTA REPTIL Nah loh, sekarang kenapa burung jadi anggota reptil? Yap, memang demikian. Mungkin selama ini kita mengetahui bahwa burung menjadi kelompok tersendiri. Burung memiliki sayap, memiliki paruh, bulu,

MUSLIHAT

Mungkin hari-hari lalu Hati tak berkaca Mungkin hari-hari lalu Jiwa masih dalam pelayangan Mungkin hari-hari lalu Desah napas masih angkuh Sadar tak sadar, jiwa Muslihatmu selimuti pelupuk mata Mengaku tak mengaku, hati Angkuhmu tak sadarkan persendian Peluh? Mana peduli Air mata? Jangan harap ia datang Keluh kesah? Bahkan masih malu-malu Ah, bungkam saja kau berani Fana. Berani dalam fana Ah, enyah saja kau tangguh Palsu. Tangguh dalam kepalsuan Biarlah bibir-bibir penguasa bertitah apa Beda pula titah kemarin dan hari ini Jenuh, jenuh benak dalamnya Penat, penat kerut dahi bersamanya Mungkinkah? Mungkinkah hari ini waktu panggil air mata? Bisakah? Bisakah peluh lepas bebas dari kelenjar sebentar lagi? Yakin? Sudah yakin lidah keluh kesah hendak bercerita selepas ini? Bahkan, bahkan hati ingin berganti cerita kalau bisa