Sang Mutiara Hati
Ketika matahari terbit dari ufuk timur
Aku beranjak dari kursiku
Hanya untuk sebuah gambaran yang kan selalu kukenang
Gemuruh ombak di pagi hari melepas kesunyian malam
Matahari pun semakin menampakkan dirinya
Tawa dan canda sahabatku turut mewarnai
Ketika sang Mutiara Hati datang
Kusambut ia dengan hati yang senang
Kusapa ia
Kupandangi wajahnya yang sungguh berbinar
Namun, keceriaan itu sekejap manghilang bagai tersapu ombak
Sampai selangkah kakipun tak bisa kulakukan untuk mengelaknya
Tak tahu apa yang terjadi
Dua penolong pun datang kepadanya
Dan duduklah ia di hamparan pasir yang luas
Kuhampiri ia
Namun, hanya sakit yang ia rasakan
Seorang penolong datang lagi kepadanya
Namun, hanya berita pahit yang diterimanya
Ia pun perlahan berjalan dengan rasa sakit
Lalu hatiku berkata kepadaku untuk menolongnya
Kupapah ia
Kutuntun jalannya
Betapa sedihnya aku melihat ia menderita
Terengah engah menahan sakit yang dirasakannya
Namun akhirnya setetes madu berhasil mengobati segores luka
Kulihat ia memejamkan mata
Mencoba untuk menahan sakit yang masih tersisa
Hanya dzikir yang ia lakukan
astaghfirullahal'adzim...
Sungguh, aku terpana melihatnya
Membuat mulutku dia seribu bahasa
Begitu tabah ia menahan cobaan yang diterimanya
Kutemani ia
Namun apa dayaku ?
Matahari kian tinggi
Kami pun pergi
Perjalanan yang panjang pun tak terasa
Hingga mataharipun menyembunyikan dirinya
Kupandangi wajahnya
Hanya ikhlas menerima apa yang terjadi
Subhanallah...
Sungguh aku malu pada diriku
Ketika bersama sang mutiara hati
Kata itu tak sekedar ungkapan belaka
Namun itulah realitanya
Subhanallah...wahai Mutiara Hati
Aku beranjak dari kursiku
Hanya untuk sebuah gambaran yang kan selalu kukenang
Gemuruh ombak di pagi hari melepas kesunyian malam
Matahari pun semakin menampakkan dirinya
Tawa dan canda sahabatku turut mewarnai
Ketika sang Mutiara Hati datang
Kusambut ia dengan hati yang senang
Kusapa ia
Kupandangi wajahnya yang sungguh berbinar
Namun, keceriaan itu sekejap manghilang bagai tersapu ombak
Sampai selangkah kakipun tak bisa kulakukan untuk mengelaknya
Tak tahu apa yang terjadi
Dua penolong pun datang kepadanya
Dan duduklah ia di hamparan pasir yang luas
Kuhampiri ia
Namun, hanya sakit yang ia rasakan
Seorang penolong datang lagi kepadanya
Namun, hanya berita pahit yang diterimanya
Ia pun perlahan berjalan dengan rasa sakit
Lalu hatiku berkata kepadaku untuk menolongnya
Kupapah ia
Kutuntun jalannya
Betapa sedihnya aku melihat ia menderita
Terengah engah menahan sakit yang dirasakannya
Namun akhirnya setetes madu berhasil mengobati segores luka
Kulihat ia memejamkan mata
Mencoba untuk menahan sakit yang masih tersisa
Hanya dzikir yang ia lakukan
astaghfirullahal'adzim...
Sungguh, aku terpana melihatnya
Membuat mulutku dia seribu bahasa
Begitu tabah ia menahan cobaan yang diterimanya
Kutemani ia
Namun apa dayaku ?
Matahari kian tinggi
Kami pun pergi
Perjalanan yang panjang pun tak terasa
Hingga mataharipun menyembunyikan dirinya
Kupandangi wajahnya
Hanya ikhlas menerima apa yang terjadi
Subhanallah...
Sungguh aku malu pada diriku
Ketika bersama sang mutiara hati
Kata itu tak sekedar ungkapan belaka
Namun itulah realitanya
Subhanallah...wahai Mutiara Hati
Komentar